WELCOME.....WELCOME....!!! #injekkeset, sista and brada sekarang anda berada dalam zona aman milik ANGGI, Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri *nah loh. dan JANGAN LUPA BERKUNJUNG KEMBALI..^^v

Senin, 11 Agustus 2014

Mencari Rumah yang Sempurna

manusia yang cepat bosan adalah saya. Sudah hampir tiga setengah tahun lamanya sama masih tetap setia. Bukannya apa-apa, hanya saja, saya sudah sedikit merasa jengah dalam beberapa hal, jika saya memaksakan untuk tetap setia di sini, di tempat ini, saya merasa sempit dan sesak.

Teman-teman saya selalu bilang, cara paling gampang untuk sembuh dari patah hati adalah mencari hati yang baru. tapi, ini bukan soal patah hati juga sih. Melainkan, dalam rangka mmencari tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali  dan dengan suasana baru pula.

di bulan kelahiran saya ini, dan di hari ini pula saya dilahirkan. Saya  menghadiahi diri saya sendiri atau lebih tepatnya memutuskan untuk pindah tempat menuangkan segala ide dan unek-unek. di sini (blogspot) adalah tempat saya bertumbuh, tempat perproses juga. rekam jejaknya masih saya lihat dengan jelas. Tulisan-tulisa n saya pun juga berproses, dari yang seenaknya sendiri, sampai yang melow ala anak alay, hingga tulisan yang sok bijak. dari yang ber-hahaha-hihi-an sampai yang menyesakkan dada.

ada begitu banyak sisa-sisa kenangan di sini. Pun saya pasti akan merindukan ini semua. merindukan teman-teman yang saling menyapa- blogwalking. merindukan tulisan bergerak "selamat datang yang alay". 

dan jika kalian rindu dengan saya lagi, silahkan berkunjung ke sini tempat tinggal saya yang baru, tempat  yang saya rasa rumah sempurna atas pilihan-pilihan rumah yang ada saat ini. Rumah saya yang baru bernama SodaFreshMilk

selamat berkunjung, selamat datang tamu baru.....

~/ Gie



Minggu, 22 Juni 2014

be original



 "kurasa cermin itu berbohong..."
“Jangan biarkan apapun membuat kita berhenti merasa cantik”



“Aku dibuat sesuai gambaran sang pencipta, dan karena dia puas, maka aku juga…”

Jumat, 20 Juni 2014

(semacam) review Le Petit Prince— The Little Prince

“ I’am an alien, I’am a legal alien….”
Memang,  sepotong bait lagunya Sting mewakili perasaan saya!. Minggu kemarin saya menamai diri saya sendiri alien yang terdampar di sebuah tempat seperti surga dunia. Dikatakan senang? Memang iya. Mereka yang mengerti imajinasi saya paham betul,

Kamu tahu, saya menemukan jodoh saya di hari jum’at minggu lalu. ketika mengantar saudara yang tengah menempuh S3-nya mencari buku untuk tugasnya. Berangkatlah kita ke suatu tempat di mana lautan buku-buku bekas menyamudra. Di salah satu sudut kota jogja.

Jodoh saya, saya temukan di antara tumpukan-tumpukan mereka. Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Entah mimpi apa, tapi hari itu layak disebut hari keberuntungan. Kalian bisa membeli berpuluh-puluh buku bagus suatu waktu. Tapi, hanya menemukan satu yang sangat berjodoh dengan kita, itu jarang. How lucky I’am.

Le Petit Prince. The Little Prince. Novel lawas, oleh penulis perancis 1943. Buku super-sederhana yang berdampak luar biasa

Mungkin, faktor perancis membuat hati saya berdetak lebih kencang. Menarik. Betapa hati saya seperti ada magnet sebesar kutub selatan jika mengeja kata P E R A N C I S. tapi, rupanya bukan itu saja.

begitu memasuki halaman judul, saya langsung jatuh cinta, seketika. kalimat pembuka yang dituliskan Exupery membuat menggelitik  
 '' I will dedicate the book to the child from whom this grown-up grew"

Seperti dugaan, ini adalah fabel, yang lebih ditujukan sebagai bacaan anak-anak. Tapi, sebenarnya lagi, buku ini untuk kaum dewasa. Ah, intinya mampu melintasi batas usia. Tapi, memang untuk dewasa sih...

Exupery mendorong kita yang biasa disebut ‘kaum dewasa’ untuk mengubah cara pandang orang dewasa terhadap banyak hal.
Dalam buku ini, saya mendapatkan bermacam-macam quote menohok. Quote yang membuat saya terdiam sesaat, memaksanya untuk masuk ke dalam otak saya, lalu dicerna dalam bentuk debaran kencang. 
 I showed my masterpiece to the grown−ups, and asked them whether the drawing frightened them. But they answered: “Frighten? Why should any one be frightened by a hat?”

Menjadi dewasa adalah mutlak. Manusia tak bisa kembali ke masa kanak-kanaknya. Mereka–kaum dewasa–kerapkali mengeluhkan hal-hal yang dianggap penting: politik, kalkulasi bisnis, perhitungan untung-rugi, jumlah penduduk kota yang kian bertambah, jumlah angkutan umum yang tak sesuai harapan, dan banyak hal “penting” lainnya. 

Sesekali kita perlu memelihara sifat kekanakan kita dan berpikir seperti saat kita masih anak-anak, apa adanya. Seperti “kenapa hujan bentuknya butiran air”, “kenapa ada kucing yang bersuara manis, ada juga yang parau”, atau “kenapa gula rasanya manis, kenapa nggak masam? Kenapa nggak pahit?”. 

Ceritanya dimulai ketika narator masih kecil. Dia suka menggambar ular boa yang memakan seekor gajah, baik dari dalam maupun dari luar. Tapi, ketika dia menunjukkan gambar itu ke orang dewasa, mereka menyuruhnya untuk berhenti menggambar dan mulai belajar hal-hal lain, seperti geometriaritmetikageografi dll. Akhirnya sang narator kecil berhenti menggambar dan tumbuh besar menjadi seorang pilot.


"gambarku bukan gambar topi, itu gambar pembelit boa yang menelan gajah"

"maka akupun sendiri, tanpa orang-orang yang dapat kuajak bicara..."
Bab berikutnya, pilot tsb mengalami kecelakaan pesawat mendapati dirinya berada di Gurun Sahara dan sudah berhari-hari mencoba memperbaiki sendiri pesawatnya yang rusak, karena tidak ada seorang awak pun di dalam pesawat tersebut. Pada suatu fajar ia terbangun, dirinya mendapati sesosok kecil pangeran yang ternyata berasal dari planet lain.
Pangeran Kecil kemudian memintanya untuk menggambar sebuah biri-biri. Bagi Sang Pilot, ‘menggambar’ adalah bakat yang sudah lama dikuburnya dalam-dalam, karena dia pernah dikecewakan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya semasa kecil dia menunjukkan gambar pertamanya.












sang pilot yang menolak beberapa kali, akhirnya menggambar seekor biri-biri, tapi, anak kecil itu menolaknya. berualng-ulang karena biri-birinya kurang cocok. pilot tidak kehabisan akal. ia lali menggambar sebuah kotak seperti gambarnya waktu kecil dulu, dan berkata " ini kotaknya. biri-biri yang kau inginkan ada di dalamnya.". tak disangka, anak kecil itu menyukainya. 
pangeran kecil adalah satu-satunya orang yang mengerti gambar yang dibuatnya waktu kecil. hehehehe.... kalo dicermati ini semacam tes psikologi

Jumat, 06 Juni 2014

hanya percakapan di sudut kepala

Di sebuah siang yang membosankan, di antara perut lapar dan malas makan, diselingi dengan dompet tebal isi vocer gratisan kaldaluarsa dan struk pembelian yang lupa dibuang (*uangnya? Jangan ditanya).

Untungnya hari ini, dia mendadak mengingat obrolan itu… obrolan yang hampir hilang dari ingatan. Obrolan dalam kotak kecil itu bersama seseorang yang juga hampir dilupakan Miss imajinasi dan tuan logic yang saling berseteru.

“Jadi, kalo dinominalkan berapa harga masa depan?”
“Entahlah. Mungkin cukup mahal, yang jelas tidak bisa di dapat dengan uang hanya dua puluh lima ribu di dompet kan?” jawab tuan logic cuek
“bisa saja masa depan itu murah. Atau malah murah meriah”
Dia ngotot “Nope. Mahal menurutku. Semua-muanya mahal, kau tau. Kadang gajiku tak cukup untuk satu bulan ke depan”
“hahaha. Kau terlalu jujur. Dengar ini, bagaimana jika masa depan itu semurah buku yang kau genggam sekarang. Hanya dua puluh lima ribu yang kau beli di toko buku bekas”
“caranya….”
“hanya pikirkan itu. Biar kau percaya kalau keajaiban itu ada. Iya, memang hidup bisa sangat memuakkan, itu… bisa bikin kita lupa semuanya lalu meragukan kenyataannya”
Dia bingung, dan tetap bertanya “ keajaiban apa?”
“ pokoknya, bisa jadi, masa depanmu ada dibalik isi buku itu. Pokoknya kau harus tahu tidak semua semua orang punya yang seperti kalian punya”
but, hey, this is real not your imajination. Kamu tahu betul semua isi pikiranku. Semua terasa mahal akhir-akhir ini. Pulsa listrik seratus ribu itu tidak cukup untuk satu bulan. Jangan mengikutiku dan jangan berdebat denganku. Tetap meringkuk di sudut gelap itu. Dan matikan lampunya!” dia membentak
Dia tercengang membaca kembali kalimat yang dilontarkannya, ada kesuraman dalam kalimatnya dan kehampaan dalam guratan warna tanpa rasa… tidak ada keajaiban di sana.

Masa depan. Inilah hari di mana kita tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin ini adalah hari dimana dia hanya kelelahan ketika merasa harus berusaha merawat sendirian, karena butuh dua orang untuk itu.

Yang dia tahu, dia tidak bisa menerka-nerka apa yang akan terjadi dikemudian hari dan merubah apa yang sudah terlanjur terjadi. Dia juga tak bisa terus memegang terlalu kencang dan memaksakan apa yang akhirnya terlepas darinya, karena dia tahu akan merusak definisinya dan menghapus semuanya. Masa lalu mengajarkan untuk merelakan.

Tapi, dua hal yang saling berseteru di dalam kepalanya ini (miss imajinasi dan tuan logic) bisa menyimpan dan menjaga semuanya di tempat paling aman di hati…..


And we call it MAGIC

If you were to ask me
After all that we’ve been through
Still believe in magic..?   Oh yes I do  (Magic – Coldplay)

Rabu, 04 Juni 2014

kenang

Tulisan ini saya buat ketika sedang duduk termenung di halte bus. Menunggu bus kampus. tepatnya kampus almamater. Lagi. Jari saya kembali membolak-balik layar smartphone. Sampai guratan jejak jari berminyak membekas di layarnya. Dan saya kembali menunggu bus lagi. Sudut mata saya melirik sedikit, dengan earphone terpasang di telingga, lagu balada mengalun yang membuat debaran dan nafas sesak.

Hari ini. Saya tidak akan mengeluh karena cuaca yang terik, jalanan yang lengang, aspal jalanan yang memuai dan daun warna hijau-kekuningan yang tampak kehausan. Andai stomatanya tampak pasti sudah menganga lebar-lebar. Mirip anak anjing yng menjulurkan lidahnya sehabis jalan-jalan. Walaupun begitu, anehnya dedaunan itu masih dapat menyapa dengan anggun-mengangguk tertimpa angin. Mirip di Eropa.

Lagi. Jari saya patah hati, makanya saya menulismu. Mata saya patah hati. Dan juga saya rasa jantung ini juga patah hati. Tepatnya, saya patah hati. Tak ada notifikasi, tertulis di layarnya. Ah, saya benar-benar patah hati.

Kemudian, seperti anak kecil yang tersakiti saya ingin mengamuk. Buru-buru saya melirik ke seberang jalan, masih belum ada yang datang. Hhmm, saya menyadari banyak selama menunggu. Tiga setengah tahun berselang setelah saya lulus dari kampus ini, segala hal bertumbuh. Segala hal berprogres. Begitupun saya. Perasaan saya juga perasaan kamu.

Tahukah kamu. Jika bukan karena ada janji dengan dosen akademikku dulu, dan ada sedikit perlu. saya tidak akan kembali lagi ke kampus ini barangkali. Dan saya tidak akan mengingat ini. Yakan, saya mulai mengandai-andai lagi.

Ingin rasanya membuang aksara yang bertuliskan dan mengisi namamu di dalamnya. Membuang ingatan saya yang dulu mengharapkannya. Pernah sangat mengharapkannya.

Tapi, kali ini saya telah terbiasa. Jeda membuat saya terbiasa. Terbiasa tidak melihat aksaramu di alam bawah sadarku. Suatu saat, mungkin saya akan lupa kalau kamu pernah ada. Seperti kamu yang mencoba melupakan saya. Dan benar kamu telah berhasil. Kamu telah menemukan ia lebih dahulu. Saya belum.

Lalu, suatu saat, kita akan sama-sama terbiasa, bahwa kita tidak pernah ada. Bahwa saya dan kamu tidak pernah ada. Jeda membuat kita terbiasa.

Mengingat ini saya jadi tersenyum. Betapa sekarang konyol kelihatannya, memaparkan tetek-bengek rencana masa depan dengan orang yang salah.

Ingatkah kamu. Dulu saya pernah bilang, kelak jika kita menikah dan saya (dalam kondisi terpaksa) sebagai wanita karier selain menjadi istri dan seorang ibu tentunya, saya ingin berkarier sebagai PNS saja. Ketupusan itu, waktu itu, dirasa saya tepat. Sedangkan, kamu terserah ingin berkarier sebagai apa sesuai kehendakmu saja.

Ya, waktu itu, saya tidak ingin, kelak anak-anak dan suami saya diurus oleh pembantu. Saya hanya ingin, yang pertama menjadi panutan mereka, mengajari tata-krama, melatih keteguhannya dan juga kedisiplinannya. Ingin yang pertama mengenalkan mereka huruf alif, ba ta dan seterusnya. Melatih Mengaji.
Ingin melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa.

Dan kamu, aku tidak ingin kamu makan masakan pembantu. Kamu adalah imamku dan panutanku, hanya aku yang berbakti kepadamu selain anak-anak. Saya rasa PNS yang jam kerjanya tetap dan konsisten, masih relevan untuk saya untuk mengurus kalian.

tapi, saya akan sangat ikhlas jika harus terus ada di rumahmu, rumah yang kita huni. Ibu rumah tangga adalah jenis berkarier yang paling mulia untuk wanita bukan. Dan saya akan bangga, saya janji. Waktu itu. Menjadi ibu rumah tangga harus pintar, katamu demi anak-anak. Iya.

Dan dari dulu, seperti yang pernah saya ungkapkan. Saya takut menjadi orang kaya. Saya hanya ingin menjadi orang yang berkecukupan saja. Hidup sederhana. Tidak berlimpah tapi cukup. Cukup yang melingkupi semua.  

Saya tahu hati saya sepenuhnya. Kadang, saya masih mempunyai sedikit sifat sombong di dalam hati. Dan kesombongan itu akan bertambah seiring dengan keadaan yang berkelebihan termasuk harta. Makanya saya tidak ingin.

Kamu tau, pemikiran seperti itu secara tidak langsung merekat erat di memori saat kecil. Dari latar belakang keluarga dari pihak ayah-ibu yang kebanyakan PNS dan sukses dalam berkeluarga. Ah itu dulu. Dan saya masih ingat, kamu yang menguatkanku ketika saya gagal atas cita-cita itu dua tahun lalu. Entah, kamu mungkin sudah melupakannya.

Saya rasa saya ingat, kamu agaknya sebel di bagian yang ini ; saya, terlalu cerewet dalam bab agama. Kita sama-sama tahu alasannya bukan J. Bagaimana kita sama-sama memperbaiki ini- itu. Menambal ini-itu. Dan tertawa menyadari kita telah berhasil melengkapinya. Ah, tapi itu dulu.

Sekarang kamu telah bahagia dengan kehidupanmu. Dan kabar bahagia itu telah sampai kepada saya. Selamat. Kamu juga mungkin sudah mendengarnya juga, saya gagal untuk lamaran waktu itu dengan seseorang.

Dan ada beberapa yang mendekat. Tapi, entah saya menolak. Iya, saya memang pilih-pilih dalam bab ini. Saya susah jatuh cinta. Andai kamu tahu, sebenarnya ada satu. Aku terlalu pengecut merasa belum pantas untuknya. Aku hanya bisa diam. Dan dia berlalu menemukan yang lebih baik. Jauh lebih baik dari saya. Tapi, saya belum benar-benar terlambat untuk meraihnya. Kamu tahu, saya dalam rangka usaha memantaskan diri kali ini saya bersungguh-sungguh. Doakan saya.

Ih, kenapa saya benar-benar menulis paragraf di atas ini. Jika saya ingat, akan saya hapus bagian ini. Dan tidak ingin menceritakan kepadamu. Kepada siapa saja.

Sudah-sudah. Saya ngelantur siang ini, berharap kamu tidak membaca ini diblog. Ah, busnya sudah Nampak bagian kepalanya. Ceritanya harus saya sudahi.

Suatu ketika mungkin kita bertemu di sebuah persimpangan. Di sebuah bagian lembaran cerita yang bernama anti-kebetulan.

Kemudian dalam beberapa detik, saya akan berhenti. Kamu akan berhenti. Mungkin saya akan membeku. Mungkin kamu akan menjadi patung. Mungkin mata saya, mata kamu, akan berusaha saling menghindari pandangan. Pura-pura tidak melihat. Pura-pura tidak kenal. Bahkan, menghindari kemungkinan berkomunikasi malalui mata saya. Mata kamu.

Kita (saya-dan kamu) akan membongkar kisah lama tanpa saling bertukar kata. Tanpa saling berbicara. Sama-sama tertunduk. Lalu saling menggumam dalam diam.

Lalu suasana beku itu mungkin akan meleleh. Mencair. Memaksa kita. Memaksa saya, memaksa kamu, untuk bergerak. Kembali bertemu yang kali ini semakin dekat di persimpangan. Kembali berpura-pura tidak saling kenal. Tidak saling bersenyum. Tidak saling menganggukkan kepala. Tak pernah saling bicara bahkan bercanda. Tak pernah saling menyimpan cerita.

Lantas, saya, kamu, akan menyimpan sesak itu. Sesak yang sama seperti satu setengah tahun yang lalu. Saat saya, saat kamu berusaha saling melepaskan. Saling menghapus, dan saling membuang dan menghilangkan.

….
Lihat. Busnya sudah benar-benar datang. Dan lihat dua orang dosen yang ingin saya temui sudah memberikan kabar lagi. Dan lihat langkah kaki saya dengan seksama, setelah saya menginjakkan kaki di pintu gerbang dan keluar menjauh meninggalkan gerbang itu. Kamu akan tahu.

Kali ini saya bersungguh-sungguh ~
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...